Rabu, 25 November 2009

untuk bapak dan ibu ku

Anda berdua adalah yang mendidik saya. Mengajarkan pada saya seperti apa saya seharusnya. Dengan hanya berbekal rasa ikhlas yang cukup besar, Anda berdua yang mampu menjelaskan ini...


Pak, Bu.. saya relakan "panjenengan" pergi. Karna "panjenengan" berdua yakin saya mampu menjalani..

Pak, Bu.. dengan tabah saya menjalani kehidupan ini tanpa "panjenengan" berdua di sisi saya. Karna saya yakin inilah cara "panjenengan" berdua mendidik saya..

Pak, Bu.. alat tulis bertinta hitam yang saya gunakan ini, bukan saya beli dari uang yang ada di dompet saya. Tapi saya dapat dari bagian pengadaan peralatan, tempat saya bekerja..

Pak, Bu.. seragam yang saya kenakan ini, yang menjadi kebanggan "panjenengan" berdua, bukan saya dapat dari toko kain di pasar Atum, yang biasa kita kunjungi dulu. Tapi saya ingin "panjenengan" tau, bahwa 4,5 meter kain berwarna coklat ini saya dapat dari bagian personalia tempat saya selama 4 tahun ini mengabdi..

Pak, Bu.. mobil yang mengantar saya tadi pagi, bukanlah saya bayar dengan kartu ATM atas nama saya. Melainkan fasilitas dari instansi saya berada. Memang tidak membanggakan "panjenengan" berdua..

Pak, Bu.. hening yang berdengung di telinga saya adalah suatu hal yang cukup sering saya rasakan, karna rindu nasehat "panjenengan" berdua..

Pak, Bu.. rumah yang kini saya miliki di belakang pusat perbelanjaan modern di Surabaya ini, bukan atas nama yang "panjenengan" berikan kepada saya. Tapi bernamakan perusahaan umum, biasa saya bertugas..

Pak, Bu.. masih ingatkah "panjenengan" berdua, saat terakhir kali saya menelepon ke kampung. Handphone dan isi pulsa nya yang saya gunakan bukan dari penghasilan saya. Tapi dibelikan relasi dari Jakarta, sebagai wujud terima kasih atas jasa saya..

Pak, Bu.. saat terakhir Desember, 3 tahun yang lalu, Bapaksakit. Dan dengan menahan rasa haru di dada, sesungguhnya semua fasilitasitu tidak pernah saya bayar dengan uang saya. Melainkan saya lunasi denga jasa saya kepada rumah sakit bintang lima itu..

Pak, Bu.. memang sekarang yang menemani saya di ruangan ini hanya OOm dan Tante selaku wali saya pada hari yang indah di hidup saya..

Pak, Bu.. mungkin di pelaminan itu yang ada di sisi suami saya hanya OOm dan Tante. Namun saya yakin "panjenengan" pasti juga bahagia dan lelah pastinya,untuk menerima tamu..

Pak, Bu.. saat ini tidak ada lagi yang memberikan dhawuh untuk kehidupan yang lebih baik bagi kehidupan saya..

Pak, Bu.. lihatlah kaki kecil itu. tiga tahun lagi akan berlari mengejar sumber bunyi..



Sampai saat ini saya ndak nyuwun ke Gusti Allah, agar Bapak dan Ibu bisa disini bersama saya dan keluarga saya. Namun selalu saya panjatkan doa pada Allah, untuk bisa memberikan salan untuk Bapak dan Ibu tercinta.


Kini saya telah menjadi seorang yang Bapak dan Ibu inginkan sejak 28 tahun lalu. Memiliki dengklek empuk disuatu ruangan sebagai seorang pengabdi negara. Merasakan dingin nya 'kipas' yang dingin-sejuk disetiap sudut bagian dalam rumah. Mencintai suami dan anak-anak layaknya "panjenengan berdua, saat masih disini...


Tapi saya nyuwun duka, terkadang menetes air mata di pipi saya, dikala harus memeluk erat si kecil kalo abis jatuh, dikala harus menggantikan bapak dengan lelaki yang kini menjadi bapak dari anak - anak kami..


Semoga Allah selalu menyampaikan kerinduan saya akan Bapak dan Ibu. Semoga..





Sidoarjo, 25 November 2009
Intania Permata Mariyono