Rabu, 16 Maret 2011

Kebanggaan

Notes ini ada sejak February 1st , 2011. Tapi baru sempat upload di facebook atau blog pribadi hari ini. Jangan lupa mampir ke intaniaintantaniania.blogspot.com


Suatu malam mataku terpaku melihat lelaki itu. Dia seorang bapak, seorang suami, tapi juga seorang karyawan

Kalimatnya malam itu yang membuatku tertegun dalam hati.

Dia tidak berasal dari keluarga kayaraya, bukan bekerja sebagai direksi, hanya seorang pesuruh di gedung besar.

Tatapan matanya sederhana, sesederhana kita menyebutnya ‘pasrah’. Tidak ada yang istimewa, hanya filosofi kehidupannya yang bernilai luar biasa.

15 menit kami bercengkrama, saling tanya tentang pribadi masing-masing. Berasal darimana, tinggal dimana, ditempat itu sedang apa. Sebatas itu.

Tapi 900 detik itu berarti 43 tahun kehidupannya.


Hanya sebuah kalimat yang membuatku merasa, itu hadiah dari Allah SWT, sang Khalik yang masih memberiku kesempatan untuk bisa bernapas dan menikmati semua karunia Nya. Kurang lebih kalimatnya seperti ini, “ anak bungsu saya adalah salahsatu kebanggaan saya. Kebanggaan pertama saya itu istri, kebanggaan kedua itu anak pertama saya, kebanggaan ketiga saya itu anak bungsu saya”


SUBHANALLAH! Sungguh hati ini menagis terharu..

Betapa hidupnya yang sederhana itu kaya akan arti, karena telah miliki semua yang dia punya sejauh ini.

Sederhana, sangat sederhana kalimatnya, tapi dalam keadaan yang seperti itu, kalimat itu cerdas. Tidak cengeng tapi juga tidak congkak untuk bisa terucap dari mulut seorang laki-laki.

Saat ku tanya, anak-istri bapak tau, kalimat itu?

Lelaki itu justru tak mengerti maksud ku. Maka ku jelaskan apa yang ku maksud, dan ia hanya tertawa kecil.

mereka ndak tau mbak, wong mereka ndak ikut saya merantau ke Malang ini. Yang mereka tau, saya bapaknya, saya suaminya”

Hidupnya sederhana, tak banyak yang ia minta pada sang pencipta. Hanya kesehatan dan keberkahan atas apa yang ia jadikan pekerjaan.


Tak pernah bermaksud membandingkan, ini hanya sebuah bayangan atas hidup kita.

Bayangkan jika kita menjadi anaknya, betapa kalimat itu mulia. Sejauh ini, apakah kita sadari bahwa kebanggan orangtua adalah anak-anaknya? Prestasi sederhana yang diinginkan orangtua dari kita yang sudah di didik selama belasan, bahkan puluhan tahun untuk bisa sedikit saja membanggakan mereka? Sudah kah kawan? Atau mungkin mampukah kita membuat mereka merasa bangga karena semua biaya yang mereka keluarkan untuk kita memang ada hasilnya? Sekian belas tahun kita luntang-lantung berteman adakah prestasi yang bisa kita bawakan untuk mereka? Secara pribadi, saya akui belum.

Juga bayangkan jika kita adalah wanita kebanggaan di hidupnya. Betapa mulia wanita itu hingga sosoknya begitu indah dibenak lelakinya.


Kawan, itulah hadiah terindah Tuhan. Menghadirkan sosok yang jarang kita sadari untuk menjadi pemicu semangat hidup ini. Allah pinjamkan mereka untuk terus menghiasi hari-hari kita untuk lebih baik.

Dan bersyukurlah saat kita masih memiliki mereka, karna saat kita harus terpisah, mungkin penyelasan yang akan datang terlambat.

Untuk ayah, mamak, dan mbak Anda. Terimakasih sudah mengisi lengkap kehidupan ini. Seonggok daging yang memiliki otak bernama Intania Dwi Permata memang susah untuk menuruti nasehat. Memang rumit untuk mengungkapkan rasa sayang dan peduli. Namun berikan kepercayaan yang sebesar-besarnya, bahwa kelak akan ada yang sanggup saya dedikasikan untuk keluarga, bangsa dan agama. Anda sekalian adalah hadiah terindah diawal bulan Februari